Postingan

MALAIKAT KECIL ANGGUN WINADA A.BUKASA

Kutuliskan sepucuk surat dari perasaan yang tak pernah tersirat. Kutuangkan semua dalam bait-bait luka, yang mulai kubeberkan kebenarannya tentang bagaimana perasaan ku saat melihat dia untuk terakhir kalinya;  Kak...Rasanya masih sama, sakitnya masih kerasa saat pertama kali aku mendapati wajah yang selalu tersenyum itu berubah pucat pasi dan kaku. Masih ku ingat jelas rasanya jantungku berhenti kala itu pula saat melihat bibir yang selalu menasehatiku akan kehidupan, tiba-tiba tertutup rapat tanpa jeda. Kak...Rasanya masih ada dan tetap sama. Rindu yang tak tersampaikan, pelukan yang tak mendapat balasan, dan sandaranku yang lenyap tak akan pernah kembali. Entah di langit mana kakak berada saat ini. Masihkah mampu melihatku yang seringkali manja dalam diamku? Masihkah kesal karena sikap kecerobohanku yang tak berkurang? Aku rindu; Rasanya ingin mendengar omelan demi omelanmu di bandingkan sunyi yang kau ciptakan saat waktu mulai berlalu, semenjak tragedi kepergianmu. Kini waktu ...

_𝒏𝒓𝒂𝒍𝒇𝒇

Orang yang aku sayangi, aku memperhatikannya dari jauh. Dia di kejauhan, di bawah seberkas cahaya, dia selalu bersinar sempurna. Tapi di tempat yang tidak aku kenal, dia hancur. Aku tidak tahu bagaimana dia melewati malam-malam gelap itu, atau bagaimana dia berhasil bangkit, selangkah demi selangkah, untuk menyatukan kembali dirinya yang sempurna dan bercahaya. Sekarang, aku lebih dekat. Aku akhirnya melihat semua celahnya. Ia begitu tampak sempurna bersama luka yang berhasil ia tutupi dengan rapatnya, begitu tampak sempurna dengan segala hiruk pikuk semesta yang tlah menghakiminya secara paksa.  Dan, Bagaimana bisa aku memaksa seseorang yang belum stabil ekonominya, yang masih memikul banyak beban, yang aku tahu di pikirnya saat terdiam hanyalah memikirkan bagaimana cara agar bisa berdiri sendiri tanpa sponsor orang tua. Hidupnya bukan hanya untuk membahagiakan ku. Oleh karena itu tutup lah dulu celah yang berlubang itu lalu berjalan kesini. Pun jika pada akhirnya kita tidak satu ...

LAGI LAGI TERLUKA KEMBALI

Setelah semua berakhir dengan tragisnya beberapa tahun silam, kini aku harus kembali merasakan untuk kedua kalinya semuanya terulang. Entah kejahatan seperti apa yang kulakukan dimasa silam, hingga seakan semua seperti karma yang datang menghujam. Kini semesta tak mampu ku kutuki lagi. Sebab kini aku sudah tak mempunyai energi tuk meneriaki luka ku kali ini. Tuhan! Jujur ini semua menyebalkan. Singkat, padat, dan menyiksa. Padahal, aku cuman ingin bahagia.

SELANGKAH MAJU LEBIH JAUH MENINGGALKAN MU DI MASALALU

Tubuh ku diam tak bergeming setelah melihat beberapa tulisan yang kubuat untuk mu setahun yang lalu. Setiap kalimat tersusun begitu rapi. Kata demi kata menjelma menjadi bait aksara, “andai kau menyisihkan waktu mu untuk membacanya cinta.” Memang sakit tiada duanya.Ketika cinta yang kau percaya dengan begitu teganya membesitkan luka dalam dada. Mencoba mengikhlaskan semua, walau ku tau butuh waktu yang lama tuk melaluinya. Kini Ju maju selangkah lebih jauh meninggalkan dirimu beserta ingatan masalalu. Beranjak pergi tuk mengikhlaskan mu, walau sebenarnya sulit tuk menerima kenyataan pahit di masalalu. Ya, ikhlas.. Aku sudah melupakan mu, bersama semua ingatan yang semu. Kini kau bersama pujaanmu, dan akupun begitu. Walau semua masih terasa baru, tak mengulangi kebodohan bersamamu di masalalu adalah pilihan terbaik dalam hidupku.              

HUJAN YANG KEMBALI DATANG

Rintik itu kembali datang, setiap deru menghasilkan tenang. Terpaan angin malam di iringi dengan rintik hujan, ku rebahkan diri ini yang menggigil karna kedinginan. Dalam tenang terputar beberapa memory kenangan yang terus terulang dalam pikiran, “Andai aku bisa seperti mu hujan, jatuh ke bumi lalu hanyut kembali menghapus semua jejak kenangan.” geming ku pada hujan. Sepi, semua terasa sepi begitu hampa mengitari. Tak begitu menyebalkan, karna kali ini aku di temani hujan. Hanya saja, terkadang aku rindu pada hujan yang menahan kita untuk pulang, di kota Banggai yang penuh kenang.                                             

ABADI

 “𝘒𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘵𝘦𝘥𝘶𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢. 𝘔𝘦𝘴𝘬𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯𝘪, 𝘫𝘢𝘶𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘵𝘪. 𝘚𝘦𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘬𝘶 𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘢𝘣𝘢𝘥𝘪, 𝘥𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘢𝘩 𝘱𝘶𝘪𝘴𝘪. 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢; 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘪, 𝘛𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘱𝘶𝘪𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘢𝘣𝘢𝘥𝘪.”

HOPE AND HOLD

Suatu hari kamu akan melihat kembali masa-masa tersulit dalam hidup mu dan kamu akan tersenyum pada bagian, bagaimana kamu melewati dan bagaimana kamu tumbuh melalui pengalaman seperti itu. Dari hal yang tak masuk di akal, hingga janji pengakhiran hidup yang tlah teringkar. Tapi Tuhan tau dari awal bahwa kamu mampu melewatinya, karena Tuhan berjanji tidak akan menguji diluar kendali. Ucap dan harap ku semua masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena demi Tuhan, aku bersumpah, aku sudah berusaha untuk melewati semuanya. “Aku ingin merayakan ulang tahun setiap tahunnya, menanti pertambahan usia dengan hati yang tenang. Aku ingin hidup dengan bijaksana, menikmati hidup dengan memberikan kenangan baik di dalamnya. Aku ingin, Hidup lebih lama..”